Cerita Sex | Cerita Ngentot | Cerita Dewasa | Cersex | Cerita Hot | 2016 – Saya berjumpa bersama sahabatku Naralita sekarng beliau telah berkeluarga & menetap di Palembang, sebuah hri saya berjumpa dengannya lagi waktu di maen ke Yogya bersama anaknya yg tetap keci & suaminya, wajah & wujud Naralita masihlah seperti lalu pertma saya kenal ia , kulitnya putih, bibirmya slim merah merona rambutnya yg panjang, & badan yg terawat.
Cerita Sex Mencari Kepuasan
Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan histori sepuluh thn dulu disaat dirinya tetap kuliah di suatu perguruan tinggi populer di Yogya. Tatkala kuliah, dirinya tinggal di hunian bude, kakak ibunya yg pula kakak ibuku. Rumahku & hunian bude agak jauh & dikala itu kami jarang ketemu Naralita.
Saya mengenalnya sejak kanak-kanak. Beliau memang lah perawan yg lincah, terbuka & tergolong berotak encer. Setahun sesudah saya menikah, isteriku melahirkan anak kami yg perdana. kami rukun & saling mencintai.
Kami tinggal di hunian sendiri, agak di luar kota. melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat & mesti dirawat di sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot mesti merawat bayi di hunian. Lantaran itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Naralita) juga Naralita bersama menyukai rela bergiliran meringankan kerepotan kami. Seluruhnya berlalu selamat hingga isteriku diperbolehkan pulang & serta-merta mampu merawat & menyusui anak kami.
Hari-hari berikutnya, Naralita tetap tidak jarang datang menengok anak kami yg menurutnya jelita & lucu. Bahkan, heran mengapa, bayi kami amat lekat dgn Naralita. Jika sedang rewel, menangis, meronta-ronta jikalau digendong Naralita jadi diam & tertidur dalam pangkuan atau gendongan Naralita.
Sepulang kuliah, jikalau ada disaat, Naralita senantiasa mampir & menunjang isteriku merawat si mungil. Lama-lama Naralita tidak jarang tinggal di hunian kami. Isteriku teramat menyukai atas pertolongan Naralita. Tampaknya Naralita tulus & ikhlas meringankan kami.
Lebih-lebih saya mesti kerja sepenuh hri & tidak jarang pulang tengah malam. Bertambah gede, bayi kami menyusut nakalnya. Naralita mulai sejak tak tidak sedikit mampirke hunian. Isteriku pun makin sehat & mampu mengurus seluruhnya keperluannya. Tetapi sebuah tengah malam saat saya masihlah asyik menyelesaikan tugas di kantor, Naralita tiba-tiba muncul.
“Ada apa Na, malam-malam begini.”
“Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?”
“Ya, Dari mana anda?”
“Sengaja kemari.”
Naralita mendekat ke arahku. Berdiri disamping kursi kerja. Naralita tampak mengenakan rok & T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.
“Ada apa, Naralita?”
“Mas.. saya pengin seperti Mbak Tari.”
“Pengin? Pengin apanya?” Naralita tak menjawab namun malah melangkah kakinya yg putih mulus sampai berdiri persis di depanku. Dalam sekejap dia telah duduk di pangkuanku.
“Naralita, apa-apaan anda ini..” Tidak Dengan menungguku selesai berbicara, Naralita telah menyambarkan bibirnya di bibirku & menyedotnya kuat-kuat. Bibir yg sejauh ini cuma bakal kupandangi & bayangkan, sekarang memang mendarat keras.
Kulumanya penuh nafsu & nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan segera & menari lincah dalam rongga mulutku. Dia mencari lidahku & menyedotnya kuat-kuat. Saya mengusahakan melepaskannya tetapi sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, tetap jelas ada rasa nikmat sesudah berbulan-bulan tak berhubungan intim bersama isteriku.
Naralita merenggangkan pagutannya & jelasnya, “Mas, saya senantiasa ketagihan Mas. Saya gemar berhubungan dgn cowok, bahkan sekian banyak dosen sudah kuajak beginian. Tak bercumbu sekian banyak hri saja rasanya tubuh panas dingin. Saya belum sempat menemukan cowok yg cocok.”
Kuangkat badan Naralita & kududukkan diatas kertas yg masihlah berserakan diatas meja kerja. Saya bangkit dari duduk & melangkah ke arah pintu lokasi kerjaku. Saya mengunci & menutup kelambu area.
“Na.. Kuakui, saya pula kelaparan. Telah empat bln tak bercumbu bersama Tari.”
“Jadikan saya Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Naralita sambil turun dari meja & menyambut langkahku.
Dirinya memelukku kuat-kuat maka dadanya yg empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pun penisku yg sudah mengeras berbenturan dgn perut bawah pusarnya yg lembut.
Naralita merapatkan pun perutnya ke arah kemaluanku yg tetap terbungkus celana tebal. Naralita kembali menyambar leherku dgn kuluman bibirnnya yg merekah bak bibir seleb populer. Ajaran listrik seakan menjalar ke seluruhnya badan. Saya semula ragu menyongsong keliaran Naralita. Tetapi diwaktu kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruhnya badan, jadi mubazir belaka melepas kesempatanini.
“Kamu sangat bergairah, Naralita..” bisikku lirih di telinganya.
“Hmm.. iya.. Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.
“Aku sebenarnya berharap Mas sejak lama.. ukh..” serunya sembari menelan ludahnya.
“Ayo, Mas.. lanjutkan..”
“Ya Sayang. Apa yg anda inginkan dari Mas?”
“Semuanya,” kata Naralita sembari tangannya menjelajah & mengelus batang kemaluanku. Bibirnya tetap menyapu permukaan kulitku di leher, dada & tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yg dikenakannya.
Kutarik perlahan ke arah atas & pula merta tangan Naralita sudah diangkat tanda meminta T-Shirt serentak di buka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Ke-2 jemariku segera memeluknya kuat-kuat sampai tubuh Naralita lekat ke dadaku.
Ke-2 bukitnya menempel kembali, terasa hangat & lembut. Jemariku mencari kancing BH yg terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan lewat tangannya. BH itu hasilnya jatuh ke lantai & sekarang ujung payudaranya menempel lekat ke arahku.
Saya melorot perlahan ke arah dadanya & kujilati penuh gairah. Permukaan & pinggir putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Naralita, tapi menambah nikmat aroma perawan belia.
Tangan Naralita mengusap-usap rambutku & menggiring kepalaku supaya mulutku serta-merta menyedot putingnya.
“Sedot kuat-kuat Mas, sedoott..” bisiknya. Saya memenuhi permintaannya & Naralita tidak kuasa menahan ke-2 kakinya. Dirinya seakan lemas & menjatuhkan tubuh ke lantai berkarpet tebal. Area Ber-AC itu terasa semakin hangat.
“Mas lepas..” tuturnya sambil telentang di lantai. Naralita meminta saya melepas baju. Naralita sendiri pula melepas rok & celana dalamnya. Saya serta berbuat begitu tapi tetap kusisakan celana dalam. Naralita menyaksikan dgn pandangan mata sayu seperti tidak sabar menunggu.
Serta-merta saya menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Naralita melenguh sedikit setelah itu sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja dirinya cepat mengarahkan putingnya ke mulutku.
“Mas sedot Mas.. lanjutkan, enak sekali Mas.. enak..” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya. Tanganku sejak mulai nakal mencari selangkangan Naralita. Rambutnya tak terlampaui tebal tetapi datarannya pass mantap buat mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana & Naralita nampak sedikit tersentak.
“Ukh.. khmem.. hss.. konsisten.. tetap,” lenguhnya tidak terang. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya.
Terasa jemari kanan tengahku sudah mencapai gumpalan mungil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot & menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Naralita bersama teknik petik melodi.
Naralita menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas.. Mas.. ampun.. konsisten, ampun.. konsisten ukhh..” Sebentar setelah itu Naralita lemas. Tetapi itu tak terjadi lama lantaran Naralita kembali bernafsu & berbalik membawa inisitif.
Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan supaya mudah dijangkau, dgn pula merta Naralita menarik celana dalamku. Bersamaan dgn itu melesat ke luar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Naralita.
“Uh.. Mas.. apaan ini,” kata Naralita kaget. Tidak Dengan menunggu jawabanku, tangan Naralita segera meraihnya. Ke-2 telapak tangannya menggenggam & mengelus penisku.
“Mas.. ini original?”
“Asli, 100 prosen,” jawabku.
Naralita geleng-geleng kepala. Dulu lidahnya menyambar langsung ke arah permukaan penisku yg berdiameter 6 centimeter & panjang 19 centimeter itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bidang samping kanan nampak menonjol falsafah otot keras.
Sektor bawah kepalanya, tetap tersisa sedikit kulit yg menggelambir. Otot & gelambiran kulit itulah yg menciptakan wanita bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.
“Mas, belum sempat saya menyaksikan penis segede & sepanjang ini.”
“Sekarang anda melihatnya, memegangnya & menikmatinya.”
“Alangkah bahagianya MBak Tari.”
“Makanya anda pengin seperti beliau, kan?”
Naralita cepat menarik penisku. “Mas, saya mau langsung menikmatinya. Masukkan, langsung masukkan.”
Naralita menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Nampak betapa mulus putih & bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, tampak lubang vagina yg kecil. Saya sudah berada di antara pahanya. Exocet-ku sudah siap meluncur. Naralita memandangiku penuh harap.
“Cepat Mas, serentak..”
“Sabar Naralita. Anda mesti memang terangsang, Sayang..”
Tetapi tampaknya Naralita tidak sabar. Belum sempat kulihat wanita sekasar Naralita. Beliau tidak mau dicumbui dahulu sebelum dirasuki penis pasangannya. “Cepat Mas..” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tetapi sungguh teramat susah masuk, kuangkat kembali tapi Naralita justru mendorongkan pantatku bersama ke-2 belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas.
Tidak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Tapi Naralita tampaknya mau bermain kasar. Saya juga, meskipun belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat & sekencangnya. Meskipun perlahan akan memasukirongga vaginanya, tetapi terasa amat sesak, seret, panas, perih & susah. Naralita tak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.
“Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.
“Terus. Paksa, siksa saya. Siksa.. tusuk saya. Keras.. keras janganlah takut Mas, konsisten..” & saya tidak mampu menghindar. Kulesakkan keras sampai separuh penisku sudah masuk. Naralita menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi..” & saya menekannya kuat-kuat.
Bersamaan dgn itu terasa ada yg mengalir dari dalam vagina Naralita, meleleh ke luar. Saya melirik, darah.. darah segar. Naralita diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Saya menahan penisku masihlah menancap.
Tak turun, tak pun naik. Buat mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Naralita dgn mulutku. Walau agak membungkuk, saya akan mencapainya. Naralita sedikit menyusut ketegangannya.
Sekian Banyak ketika seterusnya beliau memintaku mengawali gerakan. Kugerakkan penisku yg cuma separuh jalan, turun naik & Naralita sejak mulai kelihatan menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan lumayan lama. Semakin lama tusukanku semakin dalam. Naralita pasrah & tak sebuas tadi.
Beliau menikmati irama ke luar masuk di liang kemaluannya yg mulai sejak basah & mengalirkan cairan pelicin. Naralita sejak mulai bangkit gairahnya menggelinjang & melenguh & terhadap hasilnya menjerit lirih, “Uuuhh.. Mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Konsisten.. aduh.. ya ampun enaknya..” Naralita melemas & terkulai. Kucabut penisku yg tetap keras, kubersihkan bersama bajuku. Saya duduk disamping Naralita yg terkulai.
“Naralita, mengapa anda?”
“Lemas, Mas. Anda amat sangat perkasa.”
“Kamu pula liar.”
Naralita benar-benar tidak jarang berhubungan bersama cowok. Tetapi belum ada yg sukses menembus keperawanannya sebab selaput daranya sangat tebal. Tapi perkiraanku, para lelaki dapat takluk oleh garangnya Naralita menggandeng senggama tidak dengan pemanasan yg lumayan. Gila benar-benar anak itu, serentak panas.
Sejak kejadian itu, Naralita senantiasa mau mengulanginya. Tetapi saya senantiasa menghindar. Cuma sekali sejarah itu kami ulangi di suatu hotel sepanjang hri. Naralita dikala itu kesetanan & kuladeni kemauannya bersama segala gaya. Naralita mengaku puas.
Sesudah lulus, Naralita menikah & tinggal di Palembang. Sejak itu tiada kabarnya. &, waktu pulang ke Yogya dengan anaknya, saya bertemu di hunian bude.
“Mas Danu, ingin nyoba lagi?” bisiknya lirih.
Saya cuma mengangguk.
“Masih agung serta?” tanyanya menggoda.
“Ya, tambah besar dong.”
& malamnya, saya menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pula kembali berlangsung dalam posisi sama-sama sudah matang.
“Mas Danu, Mbak Tari telah dapat digunakan belum?” tanyanya.
“Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.
&, Naralita itu melayaniku sampai kami sama-sama terpuaskan.
Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita hot | Cerita Mesum | Cerita Bokep | Cerita Sex Sedarah | Cerita Sex Tante
Posting Cerita Sex Naralita Mencari Kepuasan Seks ditampilkan lebih awal di Cerita Dewasa|Cerita sex|Cerita Hot|.